Sunday, July 13, 2008

RAMALAN

Jakarta - Tayangan iklan ramalan di industri pertelevisian akhir-akhir ini marak terjadi. Penonton diajak untuk "menyerahkan" masa depan dirinya kepada para peramal-peramal bajakan. Seperti dengan mengetik "Reg (spasi) weton" yang difasilitasi oleh Ki Joko Bodo. Ia telah menganggap dirinya seperti "Tuhan" yang dapat menuntun. Bahkan mengubah nasib manusia. Lihat saja pernyataannya dalam iklan di televisi. Tidak berbeda dengan Firaun di Mesir yang memproklamirkan dirinya sebagai Tuhan dan mampu menentukan takdir hidup dan mati manusia. Dalam teologi agama mana pun di dunia hal seperti ini tidak diperbolehkan. Bahkan, dilarang dan akan dikenakan sanksi bagi pelaku dan yang mempercayainya. Karena orang yang mempercayai ramalan sama dengan merendahkan Tuhan. Hanya Tuhan yang maha kuasa yang berwenang menentukan takdir hambanya. Bukan manusia yang menentukan garis kehidupan. Manusia hanya berhak berusaha untuk mendapatkan setiap keinginannya. Presiden SBY seharusnya bisa menyikapi persoalan ini. Jika dibiarkan berlarut akan terjadi pembodohan besar-besaran kepada masyarakat akibat Industri pertelekomunikasian yang hanya ingin mendapat keuntungan ansich. Pola peramalan seperti "weton" ini akan membawa dampak negatif. Pertama, secara teologis peramalan adalah sesuatu yang dilarang ajaran agama. Kedua, secara psikologis tayangan iklan ramalan akan membuat masyarakat bermental pesimistis dan tidak membangun kemandirian. Ketiga, secara sosiologis tayangan tersebut membodohi masyarakat. Dengan mengemukakan tiga alasan di atas diharapkan para pihak yang bertanggungjawab dapat mempertimbangkan kepentingan industrinya demi kepentingan masyarakat pada umumnya. Karena tayangan peramalan, dalam bentuk apapun, akan menyesatkan iman. Bukankah manusia yang mengimani Tuhan lebih bermartabat? Sumber : www.detik.com

No comments: